Desa Berhantu

 Di sebuah lembah yang terlupakan, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul di peta manapun. Desa itu dikenal dengan nama Desa Larangan. Meskipun tampak biasa dari kejauhan, tak ada seorang pun yang berani datang ke sana, terutama setelah matahari terbenam. Konon, desa ini dihantui oleh arwah-arwah yang tidak tenang.


Cerita dimulai ketika seorang pemuda bernama Dimas, seorang peneliti sejarah, mendengar desas-desus tentang desa yang tak terjamah peradaban ini. Ia merasa tertantang untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di baliknya. Setelah berhari-hari mencari informasi, Dimas memutuskan untuk mengunjungi Desa Larangan sendirian. Ia ingin menulis buku tentang desa tersebut dan menggali lebih dalam sejarahnya yang gelap.


Saat Dimas tiba di desa itu, senja mulai merayap di langit, menciptakan nuansa yang mengerikan. Desanya sangat sepi, tak ada satu pun penduduk yang tampak, meskipun rumah-rumah terlihat masih utuh. Ia berjalan melewati jalanan berbatu yang berkelok-kelok dan merasa seakan ada sesuatu yang mengawasi setiap langkahnya. 


Di tengah desa, Dimas menemukan sebuah warung kecil yang tampaknya sudah lama tidak beroperasi. Namun, ada seorang pria tua yang duduk di dalamnya. Pria itu menatap Dimas dengan mata yang tampak kosong, seakan tidak melihatnya.


"Apa yang kau cari di sini?" tanya pria tua itu dengan suara serak.


Dimas menjawab, "Saya ingin tahu lebih banyak tentang desa ini, tentang sejarahnya."


Pria tua itu menunduk, lalu berkata pelan, "Kau sebaiknya pergi. Desa ini tidak untuk orang asing. Kami... tidak pernah ada yang meninggalkan tempat ini dengan selamat."


Dimas merasa ada yang tidak beres, tapi rasa penasaran membuatnya tetap bertahan. Ia melanjutkan perjalanan ke bagian terdalam desa. Di sana, ia menemukan sebuah rumah besar yang tampaknya sudah tidak berpenghuni. Namun, pintunya terbuka lebar, seolah mengundang Dimas untuk masuk.


Begitu melangkah masuk, hawa dingin yang menusuk tulang langsung menyambutnya. Lantai kayu yang berderit di setiap langkahnya membuat suasana semakin mencekam. Dimas mematikan senter dan mendengarkan dengan seksama. Di kejauhan, terdengar suara bisikan yang tidak jelas. Suara itu semakin jelas, dan Dimas merasa ada banyak mata yang menatapnya dari dalam kegelapan.


Tiba-tiba, sebuah pintu terbuka dengan sendirinya, dan Dimas memasuki sebuah ruang gelap. Di dinding-dindingnya, tergantung foto-foto tua keluarga yang wajahnya sebagian besar telah terhapus atau rusak. Namun, satu foto di sudut ruangan menarik perhatian Dimas. Itu adalah foto seorang wanita muda dengan mata yang tampak hidup meskipun sudah berusia ratusan tahun.


Ketika Dimas mendekat untuk mengamatinya lebih lanjut, ia merasakan seberkas dingin yang menyentuh punggungnya. Ia menoleh, namun tidak ada apa-apa. Pikirnya, mungkin itu hanya perasaan. Namun, saat ia kembali menatap foto wanita itu, matanya terbelalak, karena wajah wanita dalam foto itu kini terlihat seperti sedang tersenyum padanya.


Dengan jantung berdebar, Dimas segera berbalik untuk keluar, namun tiba-tiba pintu utama rumah itu tertutup dengan keras, terkunci dari luar. Ia berlari ke jendela, tetapi kaca jendela itu berubah menjadi kabut, seakan tak bisa ditembus oleh cahaya apapun.


Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar, sangat dekat. Dimas menoleh ke belakang, dan di sana, berdiri lebih dari dua belas sosok yang tampak samar-samar, dengan wajah pucat dan mata kosong yang menatapnya tanpa ekspresi.


"Kenapa kau datang ke sini?" suara wanita itu terdengar kembali, kali ini jelas dan penuh amarah.


Dimas berusaha lari, namun semakin ia berlari, semakin banyak sosok yang muncul di sekitar rumah itu, menghalangi jalannya. Dalam kepanikan, Dimas berteriak, namun suara teriakannya hanya tenggelam dalam keheningan yang pekat.


Sosok wanita itu mendekat, dan dengan senyuman mengerikan, ia berkata, "Selamat datang di rumah kami. Kamu akan tinggal di sini, selamanya."


Itulah terakhir kali Dimas terlihat. Keberadaannya menjadi misteri, seperti halnya orang-orang lain yang pernah mengunjungi Desa Larangan. Mereka hilang tanpa jejak, dan desa itu tetap terlarang bagi siapa pun yang berani mendekat setelah matahari tenggelam.


Desa Larangan tetap ada, dihantui oleh arwah yang tak pernah bisa meninggalkan tempat itu, menunggu jiwa lain untuk bergabung dengan mereka dalam keabadian yang mengerikan.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta Pertamaku